Senin, 15 Juli 2013

Vulnus puctum pada Beruang madu (Helarctos malayanus)

Beruang madu (Helarctos malayanus) merupakan jenis paling kecil dari delapan jenis beruang yang ada di dunia.. Tak ada yang tahu berapa banyak populasinya di Aceh. (Hambal, 2011).

Ancaman terbesar bagi kehidupan kawanan Beruang Madu di Kalimantan dan Sumatera adalah kerusakan hutan dan manusia sebagai pemangsa utamanya.  Dampak kebakaran dan pembabatan hutan tidak terkendali yang melanda hutan-hutan di Sumatera dan Kalimantan, menyebabkan populasi Helarctos malayanus terancam punah. Hal ini disebabkan karena satwa langka tersebut sulit bertahan, mengingat ia hanya hidup di hutan tropis basah dataran rendah (lowland). Sedangkan kerusakan hutan tersebut akibat kebakaran dan penebangan liar yang terjadi hampir setiap tahunnya. Ditambah lagi tingkat ketergantungannya dengan hutan tropis basah dataran rendah sangat tinggi. Beberapa beruang pernah ditemukan mati kelaparan akibat hutannya habis terbakar. Ini membuktikan bahwa satwa tersebut hanya hidup di kawasan hutan yang benar-benar alami.

Penyusutan populasi satwa ini sangat drastis dan makin sulit ditemukan di hutan Kalimantan dan Sumatera karena kerusakan hutan yang juga semakin parah. Mereka kini hidup dalam hutan-hutan yang terpisah-pisah. Keadaan ini sangat buruk. Mereka terancam dibunuh karena terpaksa harus mencari makan ke perladangan penduduk.

Beruang yang masuk kedalam daerah padat penduduk biasanya terancam dibunuh oleh penduduk  sehingga  badan konservasi satwa liar setempat sering melakukan penangkapan untuk dikandangkan sebelum di lepas kembali ke alamnya.

Kurangnya manajemen kandang yang menyerupai tempat hidup alami beruang menjadi permasalah tersendiri bagi beruang yang di kandangkan selama di penangkaran. Sehingga sering muncul kasus seperti tertusuknya kaki beruang oleh kuku kakinya yang memanjang.

TINJAUAN PUSTAKA

Beruang Madu (Helarctos malayanus)

Beruang madu dalam bahasa ilmiah disebut sebagai Helarctos malayanus. Sedangkan dalam bahasa Inggris “Malayan Sun Bear” atau “Sun Bear”. Spesies beruang terkecil ini merupakan satwa yang dilindungi dari kepunahan secara International. Oleh IUCN Red List, binatang pemakan lebah dan madu yang pandai memanjat ini dalam status konservasi di kategorikan sebagai “Rentan” (Vulnerable; VU) (anonymous, 2008)

Ciri-ciri Beruang Madu

Beruang madu (Helarctos malayanus) mempunyai panjang tubuh sekitar 1,4 meter dengan tinggi punggungnya sekitar 70 cm. Beruang madu dewasa mempunyai berat tubuh antara 50-65 kg. Dengan ukuran tubuh ini, menjadikan Beruang madu sebagai beruang terkecil diantara jenis-jenis beruang lainnya yang terdapat di dunia (Rakatama, 2005).

Rakatama (2005) menjelaskan beruang madu memiliki bulu berwarna hitam, dengan corak bulu yang keputih-putihan atau kuning yang berbentuk “U” di dadanya. Moncongnya berwarna lebih cerah dari warna dadanya. Beruang madu mempunyai kuku yang panjang-panjang dan terdiri dari masing-masing lima pada sepasang kaki depan dan belakang. Kaki depannya menghadap ke dalam dan tapaknya licin.

Dengan kukunya, H. malayanus sangat terampil memanjat pohon, tetapi jika turun dari pohon satwa ini sangat kaku dan lamban, sehingga kadang-kadang lebih suka menjatuhkan diri dari pohon daripada harus menuruninya. Kuku tangan yang kokoh, tajam meruncing serta melengkung indah selain digunakan oleh beruang untuk memanjat pohon, juga untuk membongkar gundukan rayap, merusak sarang semut, merobek sarang lebah dan mengumpulkan buah-buahan. Dengan kuku tersebut beruang ini mampu menghancurkan kayu yang masih hidup dan segar, bahkan berusaha untuk menggaruk pohon yang kayunya keras untuk mencari makanan. Bekas garukan kuku beruang sering terlihat di batang-batang pohon kompasia yang sering dipanjat oleh beruang untuk mencari sarang madu (Rakatama, 2005).

Selain madu yang menjadi makanan kegemarannya, beruang yang tergolong hewan omnivora ini juga memakan buah-buahan, dedaunan, “umbut” pohon kelapa, bagian yang lunak dari tanaman (termasuk rotan), dan bahkan seringkali menjarah kebun-kebun sayuran, jagung, tebu ataupun durian jika terdesak langkanya makanan di dalam hutan. Komponen makanan yang berupa serangga juga sangat tinggi, seperti semut, rayap dan larva serangga. Bahkan telur burung, tikus, cacing dan binatang kecil lainnya juga menjadi santapannya (Fredriksson dkk, 2008)

Beruang Madu memiliki penglihatan dan pendengaran yang kurang peka. Namun kekurangan itu ditutupi oleh penciumannya yang sangat tajam hingga mencapai radius 100 m. Hal ini ditunjang oleh bentuk hidungnya yang memanjang. Dengan daya penciuman yang sangat tajam, beruang dapat menemukan madu terbaik di sekitarnya yang menjadi makanan kegemarannya (Rakatama, 2005).

Rakatama (2005) juga meniturkan cara beruang madu ini mengambil madu cukup unik, setelah menemukan sebuah sarang lebah dengan penciumannya yang tajam, ia akan mencakarnya beberapa kali dengan kuku cakar pada kaki depannya hingga sarang lebah tersebut rusak dan robek. lebah-lebah dalam sarang akan segera menyerang beruang. Namun bulu tebal yang dimilikinya mampu melindungi tubuhnya dari sengatan lebah-lebah itu hingga akhirnya pergi menjauh meninggalkan sarangnya. Kemudian beruang bebas memakan larva lebah yang tertinggal dan menjilati madunya dengan lahap hingga habis. Kegiatan mencari makan dilakukan pada malam hari.

Dalam kondisi liar, usia hidup spesies beruang terkecil ini tak diketahui. Sedangkan dalam kurungan, beruang bernama latin Helarctos malayanus ini mencapai umur 28 tahun. Binatang pemakan madu ini mampu bereproduksi sepanjang tahun. Beruang madu mengandung selama 96 hari, dan menyusu selama 18 bulan. Mencapai kematangan seksual setelah berumur 3-4 tahun (Rakatama, 2005).

Beruang madu tidak mempunyai musim kawin tetapi perkawinan dilakukan sewaktu-waktu terutama bila beruang madu betina telah siap kawin. Lama mengandung beruang betina adalah 95-96 hari, anak yang dilahirkan biasanya berjumlah dua ekor dan disusui selama 18 bulan. Terkadang, beruang betina hanya terlihat dengan satu bayi dan sangat jarang ditemukan membawa dua bayi setelah masa kehamilannya. Hal ini sangat dimungkinkan karena beruang madu sengaja menunda perkawinan untuk mengupayakan agar bayi terlahir saat induk memiliki berat badan yang cukup, cuaca yang sesuai serta makanan tersedia dalam jumlah yang memadai. Beruang melahirkan di sarang yang berbentuk gua atau lubang pepohonan dimana bayi yang terlahir tanpa bulu dan masih sangat lemah dapat bertahan hidup. Bayi akan tetap tinggal di sarang sampai ia mampu berjalan bersama induknya mencari makanan. Bayi beruang madu di duga hidup bersama induknya hingga berusia dua tahun dan kemudian mulai hidup secara mandiri (Fredriksson dkk, 2008)

Luka (Vulnus)

Luka adalah suatu diskontinuitas jaringan yang abnormal, baik di dalam maupun di permukaan tubuh (Ibrahim, 2000). Menurut Archibald (1974) luka adalah suatu trauma pada kulit, jaringan bawah kulit, otot, ligamenta dan selaput lendir yang berakibat jaringan yang menderita kehilangan kesinambungan. Peroses penyembuhan luka akan lebih lama apabila luka terkena infeksi (Enquist, 1968).

Menurut David (1985), luka dibedakan (1) luka kontusi yang merupakan luka memar jaringan dengan kulit bengkak dan berwarna hijau disebut juga luka tertutup, (2) luka serut adalah luka yang hanya lapisan paling luar dari kulit dan sangat dangkal, (3) luka sayat adalah luka yang disebabkan oleh trauma benda tajam pinggir luka rata atau tajam, (4) luka robek dimana luka yang pinggirnya tidak teratur dan sebagian jaringan umumnya hilang, (5) luka tusukan merupakan luka yang disebabkan tusuk benda tajam atau disebabkan oleh benda berunjung runcing seperti paku, (6) luka tembak, (7) luka granulasi adalah luka yang disebabkan oleh infeksi tumor ganas atau kelainan pembuluh darah, (8) luka gigitan, (9) luka bakar. Menurut Archibald (1974) membedakan luka menjadi (1) luka terbuka yaitu luka irisan, laserasi, dan penetrasi (2) luka tertutup yaitu kontusio dan abrasi.

Seekor hewan akan mengalami pendarahan bila terjadi luka, iritasi atau tusukkan oleh benda tajam (Triakoso, 1996).

RIWAYAT PASIEN

Seekor beruang madu (Helarctos malayanus)  Hasil Sitaan Badan Konervasi Daerah Aceh yang berumur ±3 tahun  dengan berat bedan sekitar 20 kg mengalami luka tusuk (vulnus puctum) pada telapak sebelah kanan ekstremitas kaki depan, luka tusukan sedalam ±2 cm di akibatkan oleh salah satu kukunya yang memanjang. Bagian yang tertusuk membengkak diperkirakan sudah lebih dari 48 jam.

MATERI DAN METODELOGI

Waktu dan Tempat Operasi

Operasi di laksanakan di belakang kantor BKSDA Banda Aceh pada bulan maret 2012.

Alat dan Bahan

Alat yang di gunakan spuit 2,5 cc, Alis forcep, Needle, Needle holder, Scissors blut sharp, Pinset sirusgis, Hemostatic forcep, timbangan digital, Scalpel,  duk steril.

Sedangkan bahan yg digunakan adalah, Xylazine, Ketamin, Tampon steril, Iodium 10%, H2O2 3%,  Biosalamin, Reverzine.

PERSIAPAN OPERASI

Sebelum hewan di anastesi dengan menggunakan xylazine dengan dosis 0,03/kg bb dan ketamin dengan dosis 0,04/kg bb. Setelah beruang  teranastesi, beruang dikeluarkan dari kandang dan di timbang berat badannya dengan timbangan digital gajah dan tercatat dengan berat tubuh 20 kg.  lalu beruang di letakkan di atas meja operasi. nafas dan pulsus di kontrol 5 menit sekali selama operasi berlangsung.

TEKNIK OPERASI DAN PENGOBATAN

Bagian terluka di bersihkan dengan iodium tincture 3%, kuku beruang yang menusuk bagian tapak kaki di potong dengan menggunakan tang kawat, sisa kuku yang menusuk di tarik dengan tang kawat, lalu luka dibersihkan dan di eksplorasi untuk memastikan tidak ada benda asing yang tertinggal, setelah keadaan luka bersih kedalam luka disemprotkan larutan H2O2 dan dan di ikuti dengan larutan iodium tincture  10% dan tidak di lakukan penjahitan maupun penutupan pada luka.

Kuku kaki beruang yang lainnya di kupas dengan menggunakan arteri klem dan ujung kuku di potong dengan tang kawat sampai tumpul. Setelah semua kuku di potong. Beruang di injeksi biosalamin dan hematopan masing-masing sebanyak 5 cc secara intra musculus. Injeksi reverzine 0,5 cc sebagai anti dota dilakukan setelah beruang di letakkan kedalam kandang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Telah dilakukan operasi luka tusuk pada kaki beruang madu milik BKSDA Banda Aceh dengan berat 20 kg  yang disebabkan kuku kakinya yang memanjang

Gambar 1. Anastesi umum dilakukan dengan metode tulop

Keterangan : Dokter Hewan Arman Sayuti besiap untuk melakukan pembiusan

Gambar 2 . pemeriksaan berat badan beruang

keterangan : petugas menimbang beruang dengan timbangan digital gajah

Gambar 3. Cardiolog memantau frekuensi nafas dan pulsus selama operasi berlangsung

Keterangan : pemantauan frekuensi pulsus dan dilakukan setiap 5 menit sekali

Gambar 4. Luka tusuk oleh jari kuku kaki yang memanjang

Keterangan : bahagian yang tertusuk memperlihatkan kebengkakan dan tidak terjadi pendarahan.

Gambar 5. Pemotongan dan pencabutan kuku yang menusuk

keterangan : Kuku di potong menggunakan tang kawat lalu sisa kuku yang menusuk di cabut

Gambar 6. Eksplorasi luka tusuk

Keterangan : Luka di eksplorasi dan jaringan mati dibersihkan dengan kasa steril dan larutan H2O2

Gambar 7. Luka tusuk di semprot dengan larutan H2O2 peroksida

Keterangan : bahagian dalam luka di bersihkan dari kotoran dan jaringan mati yang dapat mengganggu penyembuhan luka dengan H2O2 3% .

Gambar 8. Desinfeksi dengan  larutan iodium tincture

 

 

 

Keterangan : Kedalam luka di semprotkan larutan iodium tincture 10%.

Gambar 9. Kondisi luka setelah di bersihkan dan diberi larutan iodium tincture

Keterangan : luka tidak ditutup untuk mencegah tumbuhnya bakteri anaerobe yang dapat menyebebkan tetanus.

Gambar 10. Beruang di kembaliakan kedalam kandang

Keterangan : injeksi Biosalamin, Hematopan dan Reverzin sebagai antidota

 

Kombinasi antara xylazine dengan dosis 0,03 /kg berat badan dan ketamin  dengan dosis 0,04/kg berat badan sebagai anastesi umum masih memperlihatkan efek anastesi dalam batas aman hal ini di tunjukkan dengan frekuensi pulsus dan nafas yang teratur, tetapi kajian ulang perlu dilakukan terhadap kedua anastesi ini, mengingat kondisi setiap beruang yang akan di anastesi pasti berbeda-beda.
Menurut Plumb (2002) ketamin mempunyai sifat analgesic, anastetik dan kataleptik dengan kerja singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk sistem somatik tetapi lemah untuk sistem visceral, tidak menyebabkan relaksasi otot lurik bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi. Xylazine menimbulkan efek relaksasi muskulus juga analgesi. Kondisi tidur yang ringan sampai dalam dapat tercapai, tergantung pada dosis untuk masing-masing spesies hewan (Sardjana dan Kusumawati, 2004).
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi; membuang jaringan nekrosis dan debris (INETNA, 2004).
Pemberian H2O2 (Hidrogen peroksida ) bertujuan untuk mengangkat jaringan mati dan kotoran juga membunuh bakteri anaerobe yang dapat menghambat kesembuhan luka hal ini sesuai dengan pernyataan Sam (2011) yang menyatakan H2O2 berkhasiat untuk mengeluarkan kotoran dari dalam luka dan membunuh kuman anaerob. Hidrogen peroksida bekerja efektif sebagai disinfektan karena kemampuannya bertindak sebagai agen antimikroba. hidrogen peroksida dapat dengan cepat membunuh bakteri. Ketika hidrogen peroksida kontak dengan bakteri, zat ini dengan cepat mengoksidasi komponen luar bakteri. Hidrogen peroksida tidak hanya menjadi racun bagi bakteri anaerobe, tetapi dapat pula melubangi membran luar yang melindungi bakteri lainnya sehingga bakteri langsung mati.
Pemberian Iodium tinture 10% bertujuan untuk membunuh bakteri bersepora khususnya bakteri yang terdapat di kulit. Sehingga dapat mengurangi kontaminasi silang. pemberian iodium tinture perlu diperhatina karena pemberian iodium tinture dalam jangka waktu yang lama juga dapat menghambat penyembuhan luka.
Mansjoer (2000) menyatakan dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu diperhatikan adalah pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan cairan pencuci yang tidak tepat akan menghambat pertumbuhan jaringan sehingga memperlama waktu rawat dan meningkatkan biaya perawatan. Pemelihan cairan dalam pencucian luka harus cairan yang efektif dan aman terhadap luka.
Luka tusuk dibiarkan terbuka bertujuan agar sirkulasi oksigen kedalam luka lancar, karena adanya oksigen akan menjadi racun bagi bakteri anerobe, sehingga pertumbuhan bakteri terhambat. Beberapa bakteri anaerobik menghasilkan toksin (racun) seperti toksin tetanus atau botulinum yang sangat berbahaya bagi organisme yang lebih besar, termasuk manusia. Bakteri anaerob obligat akan mati bila terdapat oksigen karena tidak adanya enzim superoksida dismutase dan katalase yang dapat mengubah superoksida berbahaya yang timbul dalam selnya karena adanya oksigen (anonimus, 2011)
Memanjangnya kuku beruang madu di akibatkan karena beruang di kurung di dalam kandang dalam waktu yang lama sehingga tidak dapat melakukan aktifitas menggaruk maupun memanjat yang sering dilakukannya saat mencari makanan di alam liar. Beruang menggunakan kukunya lebih dari 90% setiap harinya dalam  aktifitas mencari makan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Rakatama (2005) Yang menyatakan Dengan kuku tersebut beruang madu mampu menghancurkan kayu yang masih hidup dan segar, bahkan berusaha untuk menggaruk pohon yang kayunya keras untuk mencari makanan seperti rayap, ulat dan serangga. Bekas garukan kuku beruang sering terlihat di batang-batang pohon kompasia yang sering dipanjat oleh beruang untuk mencari sarang madu karna H. malayanus sangat terampil memanjat pohon.
Untuk mencegah terulangnya kasus serupa perlu di lakukan perbaikan manajemen kandang beruang madu yakni dengan membuat kandang menyerupai alam alaminya, minimal menyediakan sebatang batang pohon kayu agara beruang dapat melakukan aktifitas menggaruk untuk menajamkan kukunya. Sehingga jaringan kuku yang mati akan di gantikan dengan pertumbuhan jaringan kuku yang baru. Tetapi hal terbaik adalah melepasliarkan kembali beruang yang di konservasi ke alamnya dengan cepat mengingat prilaku alaminya dalam menacari makan dapat berubah.



KESIMPULAN


Luka tusuk tidak boleh di tutup hal ini akan menyebabkan berkembangnya bakteri anaerobe seperti Clostridium tetani yang dapat menyebabkan tetanus. Luka tusuk dibiarkan terbuka bertujuan agar sirkulasi oksigen kedalam luka lancar, karena adanya oksigen akan menjadi racun bagi bakteri anerobe, sehingga pertumbuhan bakteri terhambat. Memanjangnya kuku beruang disebabkan oleh kurangnya aktifitas beruang menggunakan kukunya selama didalam penangkaran oleh karena itu perlu disediakannya sebatang kayu di dalam kandangnya  agar beruang menggaruk dan menyalurkan sifat alaminya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar