Kamis, 24 April 2014

Share undangan PDHI untuk program spesialis.pdf - 867 KB

Share undangan PDHI untuk program spesialis.pdf - 867 KB



dear kolega dokter hewan , mohon dibantu sebarkan undangan PDHI untuk brevet spesialis pertama dan terahir, sebarkan ke kolega kita yang lain trimakasih

Senin, 15 Juli 2013

Vulnus puctum pada Beruang madu (Helarctos malayanus)

Beruang madu (Helarctos malayanus) merupakan jenis paling kecil dari delapan jenis beruang yang ada di dunia.. Tak ada yang tahu berapa banyak populasinya di Aceh. (Hambal, 2011).

Ancaman terbesar bagi kehidupan kawanan Beruang Madu di Kalimantan dan Sumatera adalah kerusakan hutan dan manusia sebagai pemangsa utamanya.  Dampak kebakaran dan pembabatan hutan tidak terkendali yang melanda hutan-hutan di Sumatera dan Kalimantan, menyebabkan populasi Helarctos malayanus terancam punah. Hal ini disebabkan karena satwa langka tersebut sulit bertahan, mengingat ia hanya hidup di hutan tropis basah dataran rendah (lowland). Sedangkan kerusakan hutan tersebut akibat kebakaran dan penebangan liar yang terjadi hampir setiap tahunnya. Ditambah lagi tingkat ketergantungannya dengan hutan tropis basah dataran rendah sangat tinggi. Beberapa beruang pernah ditemukan mati kelaparan akibat hutannya habis terbakar. Ini membuktikan bahwa satwa tersebut hanya hidup di kawasan hutan yang benar-benar alami.

Penyusutan populasi satwa ini sangat drastis dan makin sulit ditemukan di hutan Kalimantan dan Sumatera karena kerusakan hutan yang juga semakin parah. Mereka kini hidup dalam hutan-hutan yang terpisah-pisah. Keadaan ini sangat buruk. Mereka terancam dibunuh karena terpaksa harus mencari makan ke perladangan penduduk.

Beruang yang masuk kedalam daerah padat penduduk biasanya terancam dibunuh oleh penduduk  sehingga  badan konservasi satwa liar setempat sering melakukan penangkapan untuk dikandangkan sebelum di lepas kembali ke alamnya.

Kurangnya manajemen kandang yang menyerupai tempat hidup alami beruang menjadi permasalah tersendiri bagi beruang yang di kandangkan selama di penangkaran. Sehingga sering muncul kasus seperti tertusuknya kaki beruang oleh kuku kakinya yang memanjang.

TINJAUAN PUSTAKA

Beruang Madu (Helarctos malayanus)

Beruang madu dalam bahasa ilmiah disebut sebagai Helarctos malayanus. Sedangkan dalam bahasa Inggris “Malayan Sun Bear” atau “Sun Bear”. Spesies beruang terkecil ini merupakan satwa yang dilindungi dari kepunahan secara International. Oleh IUCN Red List, binatang pemakan lebah dan madu yang pandai memanjat ini dalam status konservasi di kategorikan sebagai “Rentan” (Vulnerable; VU) (anonymous, 2008)

Ciri-ciri Beruang Madu

Beruang madu (Helarctos malayanus) mempunyai panjang tubuh sekitar 1,4 meter dengan tinggi punggungnya sekitar 70 cm. Beruang madu dewasa mempunyai berat tubuh antara 50-65 kg. Dengan ukuran tubuh ini, menjadikan Beruang madu sebagai beruang terkecil diantara jenis-jenis beruang lainnya yang terdapat di dunia (Rakatama, 2005).

Rakatama (2005) menjelaskan beruang madu memiliki bulu berwarna hitam, dengan corak bulu yang keputih-putihan atau kuning yang berbentuk “U” di dadanya. Moncongnya berwarna lebih cerah dari warna dadanya. Beruang madu mempunyai kuku yang panjang-panjang dan terdiri dari masing-masing lima pada sepasang kaki depan dan belakang. Kaki depannya menghadap ke dalam dan tapaknya licin.

Dengan kukunya, H. malayanus sangat terampil memanjat pohon, tetapi jika turun dari pohon satwa ini sangat kaku dan lamban, sehingga kadang-kadang lebih suka menjatuhkan diri dari pohon daripada harus menuruninya. Kuku tangan yang kokoh, tajam meruncing serta melengkung indah selain digunakan oleh beruang untuk memanjat pohon, juga untuk membongkar gundukan rayap, merusak sarang semut, merobek sarang lebah dan mengumpulkan buah-buahan. Dengan kuku tersebut beruang ini mampu menghancurkan kayu yang masih hidup dan segar, bahkan berusaha untuk menggaruk pohon yang kayunya keras untuk mencari makanan. Bekas garukan kuku beruang sering terlihat di batang-batang pohon kompasia yang sering dipanjat oleh beruang untuk mencari sarang madu (Rakatama, 2005).

Selain madu yang menjadi makanan kegemarannya, beruang yang tergolong hewan omnivora ini juga memakan buah-buahan, dedaunan, “umbut” pohon kelapa, bagian yang lunak dari tanaman (termasuk rotan), dan bahkan seringkali menjarah kebun-kebun sayuran, jagung, tebu ataupun durian jika terdesak langkanya makanan di dalam hutan. Komponen makanan yang berupa serangga juga sangat tinggi, seperti semut, rayap dan larva serangga. Bahkan telur burung, tikus, cacing dan binatang kecil lainnya juga menjadi santapannya (Fredriksson dkk, 2008)

Beruang Madu memiliki penglihatan dan pendengaran yang kurang peka. Namun kekurangan itu ditutupi oleh penciumannya yang sangat tajam hingga mencapai radius 100 m. Hal ini ditunjang oleh bentuk hidungnya yang memanjang. Dengan daya penciuman yang sangat tajam, beruang dapat menemukan madu terbaik di sekitarnya yang menjadi makanan kegemarannya (Rakatama, 2005).

Rakatama (2005) juga meniturkan cara beruang madu ini mengambil madu cukup unik, setelah menemukan sebuah sarang lebah dengan penciumannya yang tajam, ia akan mencakarnya beberapa kali dengan kuku cakar pada kaki depannya hingga sarang lebah tersebut rusak dan robek. lebah-lebah dalam sarang akan segera menyerang beruang. Namun bulu tebal yang dimilikinya mampu melindungi tubuhnya dari sengatan lebah-lebah itu hingga akhirnya pergi menjauh meninggalkan sarangnya. Kemudian beruang bebas memakan larva lebah yang tertinggal dan menjilati madunya dengan lahap hingga habis. Kegiatan mencari makan dilakukan pada malam hari.

Dalam kondisi liar, usia hidup spesies beruang terkecil ini tak diketahui. Sedangkan dalam kurungan, beruang bernama latin Helarctos malayanus ini mencapai umur 28 tahun. Binatang pemakan madu ini mampu bereproduksi sepanjang tahun. Beruang madu mengandung selama 96 hari, dan menyusu selama 18 bulan. Mencapai kematangan seksual setelah berumur 3-4 tahun (Rakatama, 2005).

Beruang madu tidak mempunyai musim kawin tetapi perkawinan dilakukan sewaktu-waktu terutama bila beruang madu betina telah siap kawin. Lama mengandung beruang betina adalah 95-96 hari, anak yang dilahirkan biasanya berjumlah dua ekor dan disusui selama 18 bulan. Terkadang, beruang betina hanya terlihat dengan satu bayi dan sangat jarang ditemukan membawa dua bayi setelah masa kehamilannya. Hal ini sangat dimungkinkan karena beruang madu sengaja menunda perkawinan untuk mengupayakan agar bayi terlahir saat induk memiliki berat badan yang cukup, cuaca yang sesuai serta makanan tersedia dalam jumlah yang memadai. Beruang melahirkan di sarang yang berbentuk gua atau lubang pepohonan dimana bayi yang terlahir tanpa bulu dan masih sangat lemah dapat bertahan hidup. Bayi akan tetap tinggal di sarang sampai ia mampu berjalan bersama induknya mencari makanan. Bayi beruang madu di duga hidup bersama induknya hingga berusia dua tahun dan kemudian mulai hidup secara mandiri (Fredriksson dkk, 2008)

Luka (Vulnus)

Luka adalah suatu diskontinuitas jaringan yang abnormal, baik di dalam maupun di permukaan tubuh (Ibrahim, 2000). Menurut Archibald (1974) luka adalah suatu trauma pada kulit, jaringan bawah kulit, otot, ligamenta dan selaput lendir yang berakibat jaringan yang menderita kehilangan kesinambungan. Peroses penyembuhan luka akan lebih lama apabila luka terkena infeksi (Enquist, 1968).

Menurut David (1985), luka dibedakan (1) luka kontusi yang merupakan luka memar jaringan dengan kulit bengkak dan berwarna hijau disebut juga luka tertutup, (2) luka serut adalah luka yang hanya lapisan paling luar dari kulit dan sangat dangkal, (3) luka sayat adalah luka yang disebabkan oleh trauma benda tajam pinggir luka rata atau tajam, (4) luka robek dimana luka yang pinggirnya tidak teratur dan sebagian jaringan umumnya hilang, (5) luka tusukan merupakan luka yang disebabkan tusuk benda tajam atau disebabkan oleh benda berunjung runcing seperti paku, (6) luka tembak, (7) luka granulasi adalah luka yang disebabkan oleh infeksi tumor ganas atau kelainan pembuluh darah, (8) luka gigitan, (9) luka bakar. Menurut Archibald (1974) membedakan luka menjadi (1) luka terbuka yaitu luka irisan, laserasi, dan penetrasi (2) luka tertutup yaitu kontusio dan abrasi.

Seekor hewan akan mengalami pendarahan bila terjadi luka, iritasi atau tusukkan oleh benda tajam (Triakoso, 1996).

RIWAYAT PASIEN

Seekor beruang madu (Helarctos malayanus)  Hasil Sitaan Badan Konervasi Daerah Aceh yang berumur ±3 tahun  dengan berat bedan sekitar 20 kg mengalami luka tusuk (vulnus puctum) pada telapak sebelah kanan ekstremitas kaki depan, luka tusukan sedalam ±2 cm di akibatkan oleh salah satu kukunya yang memanjang. Bagian yang tertusuk membengkak diperkirakan sudah lebih dari 48 jam.

MATERI DAN METODELOGI

Waktu dan Tempat Operasi

Operasi di laksanakan di belakang kantor BKSDA Banda Aceh pada bulan maret 2012.

Alat dan Bahan

Alat yang di gunakan spuit 2,5 cc, Alis forcep, Needle, Needle holder, Scissors blut sharp, Pinset sirusgis, Hemostatic forcep, timbangan digital, Scalpel,  duk steril.

Sedangkan bahan yg digunakan adalah, Xylazine, Ketamin, Tampon steril, Iodium 10%, H2O2 3%,  Biosalamin, Reverzine.

PERSIAPAN OPERASI

Sebelum hewan di anastesi dengan menggunakan xylazine dengan dosis 0,03/kg bb dan ketamin dengan dosis 0,04/kg bb. Setelah beruang  teranastesi, beruang dikeluarkan dari kandang dan di timbang berat badannya dengan timbangan digital gajah dan tercatat dengan berat tubuh 20 kg.  lalu beruang di letakkan di atas meja operasi. nafas dan pulsus di kontrol 5 menit sekali selama operasi berlangsung.

TEKNIK OPERASI DAN PENGOBATAN

Bagian terluka di bersihkan dengan iodium tincture 3%, kuku beruang yang menusuk bagian tapak kaki di potong dengan menggunakan tang kawat, sisa kuku yang menusuk di tarik dengan tang kawat, lalu luka dibersihkan dan di eksplorasi untuk memastikan tidak ada benda asing yang tertinggal, setelah keadaan luka bersih kedalam luka disemprotkan larutan H2O2 dan dan di ikuti dengan larutan iodium tincture  10% dan tidak di lakukan penjahitan maupun penutupan pada luka.

Kuku kaki beruang yang lainnya di kupas dengan menggunakan arteri klem dan ujung kuku di potong dengan tang kawat sampai tumpul. Setelah semua kuku di potong. Beruang di injeksi biosalamin dan hematopan masing-masing sebanyak 5 cc secara intra musculus. Injeksi reverzine 0,5 cc sebagai anti dota dilakukan setelah beruang di letakkan kedalam kandang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Telah dilakukan operasi luka tusuk pada kaki beruang madu milik BKSDA Banda Aceh dengan berat 20 kg  yang disebabkan kuku kakinya yang memanjang

Gambar 1. Anastesi umum dilakukan dengan metode tulop

Keterangan : Dokter Hewan Arman Sayuti besiap untuk melakukan pembiusan

Gambar 2 . pemeriksaan berat badan beruang

keterangan : petugas menimbang beruang dengan timbangan digital gajah

Gambar 3. Cardiolog memantau frekuensi nafas dan pulsus selama operasi berlangsung

Keterangan : pemantauan frekuensi pulsus dan dilakukan setiap 5 menit sekali

Gambar 4. Luka tusuk oleh jari kuku kaki yang memanjang

Keterangan : bahagian yang tertusuk memperlihatkan kebengkakan dan tidak terjadi pendarahan.

Gambar 5. Pemotongan dan pencabutan kuku yang menusuk

keterangan : Kuku di potong menggunakan tang kawat lalu sisa kuku yang menusuk di cabut

Gambar 6. Eksplorasi luka tusuk

Keterangan : Luka di eksplorasi dan jaringan mati dibersihkan dengan kasa steril dan larutan H2O2

Gambar 7. Luka tusuk di semprot dengan larutan H2O2 peroksida

Keterangan : bahagian dalam luka di bersihkan dari kotoran dan jaringan mati yang dapat mengganggu penyembuhan luka dengan H2O2 3% .

Gambar 8. Desinfeksi dengan  larutan iodium tincture

 

 

 

Keterangan : Kedalam luka di semprotkan larutan iodium tincture 10%.

Gambar 9. Kondisi luka setelah di bersihkan dan diberi larutan iodium tincture

Keterangan : luka tidak ditutup untuk mencegah tumbuhnya bakteri anaerobe yang dapat menyebebkan tetanus.

Gambar 10. Beruang di kembaliakan kedalam kandang

Keterangan : injeksi Biosalamin, Hematopan dan Reverzin sebagai antidota

 

Kombinasi antara xylazine dengan dosis 0,03 /kg berat badan dan ketamin  dengan dosis 0,04/kg berat badan sebagai anastesi umum masih memperlihatkan efek anastesi dalam batas aman hal ini di tunjukkan dengan frekuensi pulsus dan nafas yang teratur, tetapi kajian ulang perlu dilakukan terhadap kedua anastesi ini, mengingat kondisi setiap beruang yang akan di anastesi pasti berbeda-beda.
Menurut Plumb (2002) ketamin mempunyai sifat analgesic, anastetik dan kataleptik dengan kerja singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk sistem somatik tetapi lemah untuk sistem visceral, tidak menyebabkan relaksasi otot lurik bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi. Xylazine menimbulkan efek relaksasi muskulus juga analgesi. Kondisi tidur yang ringan sampai dalam dapat tercapai, tergantung pada dosis untuk masing-masing spesies hewan (Sardjana dan Kusumawati, 2004).
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi; membuang jaringan nekrosis dan debris (INETNA, 2004).
Pemberian H2O2 (Hidrogen peroksida ) bertujuan untuk mengangkat jaringan mati dan kotoran juga membunuh bakteri anaerobe yang dapat menghambat kesembuhan luka hal ini sesuai dengan pernyataan Sam (2011) yang menyatakan H2O2 berkhasiat untuk mengeluarkan kotoran dari dalam luka dan membunuh kuman anaerob. Hidrogen peroksida bekerja efektif sebagai disinfektan karena kemampuannya bertindak sebagai agen antimikroba. hidrogen peroksida dapat dengan cepat membunuh bakteri. Ketika hidrogen peroksida kontak dengan bakteri, zat ini dengan cepat mengoksidasi komponen luar bakteri. Hidrogen peroksida tidak hanya menjadi racun bagi bakteri anaerobe, tetapi dapat pula melubangi membran luar yang melindungi bakteri lainnya sehingga bakteri langsung mati.
Pemberian Iodium tinture 10% bertujuan untuk membunuh bakteri bersepora khususnya bakteri yang terdapat di kulit. Sehingga dapat mengurangi kontaminasi silang. pemberian iodium tinture perlu diperhatina karena pemberian iodium tinture dalam jangka waktu yang lama juga dapat menghambat penyembuhan luka.
Mansjoer (2000) menyatakan dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu diperhatikan adalah pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan cairan pencuci yang tidak tepat akan menghambat pertumbuhan jaringan sehingga memperlama waktu rawat dan meningkatkan biaya perawatan. Pemelihan cairan dalam pencucian luka harus cairan yang efektif dan aman terhadap luka.
Luka tusuk dibiarkan terbuka bertujuan agar sirkulasi oksigen kedalam luka lancar, karena adanya oksigen akan menjadi racun bagi bakteri anerobe, sehingga pertumbuhan bakteri terhambat. Beberapa bakteri anaerobik menghasilkan toksin (racun) seperti toksin tetanus atau botulinum yang sangat berbahaya bagi organisme yang lebih besar, termasuk manusia. Bakteri anaerob obligat akan mati bila terdapat oksigen karena tidak adanya enzim superoksida dismutase dan katalase yang dapat mengubah superoksida berbahaya yang timbul dalam selnya karena adanya oksigen (anonimus, 2011)
Memanjangnya kuku beruang madu di akibatkan karena beruang di kurung di dalam kandang dalam waktu yang lama sehingga tidak dapat melakukan aktifitas menggaruk maupun memanjat yang sering dilakukannya saat mencari makanan di alam liar. Beruang menggunakan kukunya lebih dari 90% setiap harinya dalam  aktifitas mencari makan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Rakatama (2005) Yang menyatakan Dengan kuku tersebut beruang madu mampu menghancurkan kayu yang masih hidup dan segar, bahkan berusaha untuk menggaruk pohon yang kayunya keras untuk mencari makanan seperti rayap, ulat dan serangga. Bekas garukan kuku beruang sering terlihat di batang-batang pohon kompasia yang sering dipanjat oleh beruang untuk mencari sarang madu karna H. malayanus sangat terampil memanjat pohon.
Untuk mencegah terulangnya kasus serupa perlu di lakukan perbaikan manajemen kandang beruang madu yakni dengan membuat kandang menyerupai alam alaminya, minimal menyediakan sebatang batang pohon kayu agara beruang dapat melakukan aktifitas menggaruk untuk menajamkan kukunya. Sehingga jaringan kuku yang mati akan di gantikan dengan pertumbuhan jaringan kuku yang baru. Tetapi hal terbaik adalah melepasliarkan kembali beruang yang di konservasi ke alamnya dengan cepat mengingat prilaku alaminya dalam menacari makan dapat berubah.



KESIMPULAN


Luka tusuk tidak boleh di tutup hal ini akan menyebabkan berkembangnya bakteri anaerobe seperti Clostridium tetani yang dapat menyebabkan tetanus. Luka tusuk dibiarkan terbuka bertujuan agar sirkulasi oksigen kedalam luka lancar, karena adanya oksigen akan menjadi racun bagi bakteri anerobe, sehingga pertumbuhan bakteri terhambat. Memanjangnya kuku beruang disebabkan oleh kurangnya aktifitas beruang menggunakan kukunya selama didalam penangkaran oleh karena itu perlu disediakannya sebatang kayu di dalam kandangnya  agar beruang menggaruk dan menyalurkan sifat alaminya.

 

Jumat, 12 Juli 2013

HERNIA ABDOMINAL


Laparotomi berasal dari dua kata terpisah, yaitu laparo dan tomi. Laparo sendiri berarti perut atau abdomen sedangkan tomi berarti penyayatan. Sehingga laparotomi dapat didefenisikan sebagai penyayatan pada dinding abdomen atau peritoneal. Istilah lain untuk laparotomi adalah celiotomi.( Fossum, 2002)


Laparotomi terdiri dari tiga jenis yaitu laparotomi flank, medianus dan paramedianus. Masing-masing jenis laparotomi ini dapat digunakan sesuai dengan fungsi, organ target yang akan dicapai, dan jenis hewan yang akan dioperasi. Umumnyapada hewan kecil laparotomi yang dilakukan adalah laparotomi medianus dengan daerah orientasi pada bagian abdominal ventral tepatnya di linea alba.


Keuntungan penggunaan teknik laparotomi sentral adalah tempat penyayatan mudah ditemukan karena adanya garis putih (linea alba) sebagai penanda, sedikit terjadi perdarahan dan di daerah tersebut sedikit mengandung syaraf. Adapun kerugian yang dapat terjadi dalam penggunaan metode ini adalah mudah terjadi hernia jika proses penjahitan atau penangan post operasi kurang baik dan persembuhan yang relatif lama.


Kata hernia pada hakekatnya berarati penonjolan suatu kantung poriteneum, suatu organ, hal ini terjadi akibat keluarnya organ jaringan melalui lubang atau celah menuju rongga lain. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik (lapisan otot) dinding perut. Hernia terdiri atas jaringan lunak, kantong, dan isi hernia.



TINJAUAN PUSTAKA


Hernia


Hernia merupakan protusi/penonjolan isi rongga melalui defec atau bagian lemah dari dinding rongga, Serta keluarnya organ jaringan tersebut melalui lubang atau celah menuju rongga lain (secara congenital / Aquisital). Terdapat beberapa poin penting dalam hernia, yaitu : defek/bagian yang lemah dari dinding rongga, kantung hernia, isi hernia, dan cincin hernia(Rahman, 2010).


Hernia terdiri dari cincin, isi dan kantong hernia. Cincin hernia adalah suatu lubang pada kantong tempat isi hernia masuk ke dalam kantong. Cincin ini dapat disebakan oleh trauma (seperti hernia ventralis), congenital (seperti pada hernia umbilikalis), atau berupa bagian distal dari suatu saluran (seperti pada hernia inguinalis lateralis) (Tjahjadi, 2009).


Pembahagian Hernia


Secara klinis hernia dibagi menjadi a).  hernia reponabilis yaitu dapat dimasukkan embali tanpa operasi, b). hernia irreponabilis yaitu hernia tidak dapat kembali tanpa harus dioperasi (strangulasi), dan c). hernia ingkarserata  adalah hernia irreponabilis disertai gejala illeus, akibat mengalami perlengketan. Berdasarkan dapat  tidaknya hernia terlihat dari luar, maka hernia dapat dibagi menjadi  hernia interna dan hernia eksterna (Tjahjadi, 2009)


Menurut (Tjahjadi, 2009) hernia yang terbentuk berdasarkan letak anatomis tempat hernia tersebut terbentuk, maka hernia dapat dibagi atas hernia diafragmatika, hernia pelvika, hernia umbilikalis, hernia inguinalis lateralis (yang apabila berlanjut menjadi hernia skrotalis), hernia inguinalis medialis, hernia kruralis, hernia perinealis, dan hernia ventralis. Sedangkan berdasarkan  isinya, hernia dapat dibagi atas enterokel (berisi usus dan mesenterium), epiplokel (berisi omentum), entero epiplokel, gastrokel (berisi lambung).


a) Hernia diafragmatika


Hernia interna ini lebih sering disebabkan trauma yang menyebabkan diafragma lemah atau robek. Sering terjadi pada anjing dan kucing karena perutnya tergilas kendaraan. Apabila dasarnya kelainan congenital, maka cincin hernianya adalah foramen sinistrum. Isi hernia dapat berupa omentum saja atau hati, lambung, dan limpa. Apabila isi hernia cukup besar maka disamping sesak, perut akan terlihat kempis. Perabaan perut akan menunjukkan adanya bahagian yang kosong; perkusi paru akan menunjukkan bunyi bahagian yang kosong; perkusi paru akan menunjukkan bunyi pekak dan auskultasi paru akan memperdengarkan bising dan apabila isinya usus, maka akan terliat bayangannya dalam rongga dada pada foto roentgen.


Diagnosis isi hernia diafragmatika sukar, terlebih apabila isinya omentum. Sesak


yang ditimbulkan hernia ini harus didiagniosis banding dengan penyebab sesak yang lain. Untuk mengurangi rasa sakit, maka hewan akan mengambil posisi dengan menekuk kaki belakang dan meluruskan kaki depan, seperti posisi anjing duduk. Operaasi segera dilakukan apabila terdapat kelainan pernapasan atau telah mengalami ingkarserrata.


b) Hernia pelvika


Hernia interna ini disebut juga hernia intra-abdominal atau hernia peritoneal. Cicin hernia terbentuk dari rupture membrane serosa yang menggantung funiculus spermatikus di daerah lumbal dan pelvis superolateral. Hernia dapat pula terjadi oleh kontusi funikulus spermatikus setelah dilakukan kastrasi sehingga sebahagian usus terperangkap antara funiculus yang melekat pada dasar perut dengan dinding perut. Rupturnya membrane serosa disebabkan oleh kontraksi funiculus yang terlalu kuat pada waktu melakukan kastrasi. Hernia ini terjadi di bahagian kanan perut Karena bahagian kiri perut terhalang oleh rumen. Diagnosis hernia pelvika sukar, umunya baru diketahui pada waktu operasi karena mengalami ingkarserata.


c). Hernia Umbilikalis


Hernia ini selalu bersifat congenital, karena adanya lubang dipusat yang belum menutup pada saat hewan dilahirkan. Sering ditemukan pada anak sapi. Cicin hernia umbilikalis ini kecil dan kulit pusat tebal sehingga kantong terbentuk tidak begitu besar. Oleh Karena itu isi kantong umumnya omentum  bukannya usus.


Hernia umbilikalis umumnya didiagnosis banding dengan omfalokel, yaitu suatu kalainan di daerah pusat karena kulit di daerah tersebut tidak menyatu sehingga isi perut yang dilapisi amnion (apabila amniaon belum pecah) tampak dari luar. Apabila hernia segera diketahui pada bulan-bulan pertama kelahiran, maka benjolan hernia ditekan kedalam rongga perut dengan suatu lempeng logam yang difiksir ke kulit disekitarnya. Apabila telah usia satu tahun cicin hernia tidak lebih longgar dari satu jari, maka cukup diobservasi saja.


Herniotomi dilakukan apabila cicin hernia cukup longgar ataupun hernia telah menunjukkan tanda-tanda penjepitan. Gejala ileus obstruksi akan terlihat apabila ususnya terjepit, sedangkan jika hanya omentum yang terjepit maka ditemukan massa yang keras dan berwarna merah.


d) Hernia Inguinalis Lateralis


Hernia ini disebut juga Hernia inguinalis indirect, karena isi hernia harus melalui kanalis inguinalis lebih dahulu sebelum masuk kedalam kantong hernia. Dapat disebabkan oleh factor congenital Karen tetap terbentuknya prosesus vaginalis pada saat hewan dilahirkan.


Pada hernia reponibilis, setelah isi hernia didorong secara perlahan kedalam perut maka ujung jari akan dapat meraba cincin hernia yang longgar. Apabila jari tetap di cincin hernia dan oleh suatu sebab tekanan dalam perut meninggi, maka ujung jari tersebut akan dapat merasakan tekanan atau desakan dari usus atau organ lain yang akan memasuki kantong hernia. Hernia ini jarang akan menutup sendiri, kantong hernia cenderung terus membesar. Tindakan permanent adalah melakukan herniotomi.


e) Hernia Inguinalais Medialis


Hernia ini tidak memlalui kanalis inguinalis sehingga disebut juga sebagai hernia inguinalis dirct. Kantong hernia berada di luar tunika vaginalis, cincin hernia terdapat di depan annulus inguinalis eksternus. Benjolan hernia terdapat di lebih proksimal dan lebih jauh dari ligamentum inguinalis, dibandingkan dengan hernia inguinalis lateralis. Heria ini jarang menyebabkan ingkarserata.


f )  Henia Kruralis


Hernia ini melelui arkus krurralis jarang pada hewan. Terdapat di bahagian dalam (medial) paha antara otot sartorius dan grasilis. Apabila memerlukan operasi (herniotomi), hati-hati terhadap kemungkinan terpotongnya arteri femoralis yang berada dekat dengan cicin hernia.


g) Hernia Perinealis


Hernia ini ditemuak dekat anus atau vulva, antara ekor dengan tuberkulum iskhadikum. Hernia yang sering pada anjing tua ini biasanya mengandung buih-buih di dalamnya. Factor pencetus hernia ini adalah tekanan dalam perut yang sering meninggi, misalnya karena terdapat obstipasi atau pembesaran prostate.


h) Hernia Ventralis


Adalah hernia pada dinding perut, selain hernia inguinalis dan hernia umbilikalis. Kelemahan dinding perut yang mengakibatkan hernia ini sering disebabkan oleh trauma, atau kehamilan yang menyebabkan peninggian tekanan dalam rongga perut. Hernia ventralis jarang mengakibatkan ingkarserrata.


Diagnosa


Diagnosa didasarkan dengan inspeksi dan palpasi pada daerah abdomen yang membengkak yang  mengalami hernia dan adanya cincin hernia, tetapi untuk mendukung diagnosa menjadi lebih tepat dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan USG (Ultra Sound Grafik) maupun dengan menggunakan foto X-Ray (Williams, 1997).


Gejala Klinis


Bagian abdomen kucing terlihat membesar dan mengeras. Pada daerah yang membesar tersebut dapat direposisi melalui suatu lubang yang membentuk cincin di bagian abdomen. Pada bagian medianus abdomen, terdapat jahitan bekas operasi.


RIWAYAT PASIEN


Kucing lokal (Felis domesticus) umur 2 tahun jenis kelamin betina dengan berat badan 3,9 kg, tempramen jinak, pernah dilakukan laparotomy medianus posterior saat operasi pengangkatan ovarium (ovarectomy), seminggu pasca operasi  mengalami pembengkakan pada bahagian abdomen tepatnya pada daerah bekas luka jahitan.


Pesiapan Operasi


Sebelumnya hewan di premidikasi dengan antropin sulfate dengan dosis 0,04 mg/kg bb dan 10 menit kemudian di anastesi dengan xylazine 2% dengan dosis 1 mg/kg bb yang di kombinasikan dengan ketamin 10% dengan dosis 10 mg/kg bb secara IM, selama operasi berlangsung pasien di kontrol frekuensi pulsus dan nafasnya.



Teknik Operasi


Hewan di letakkan dengan posisi dorsal recombency, dilakukan penyayatan di daerah abdomen dengan teknik laparotomi medianus posterior. Penyayatan dilakukan pada linea alba (medianus), 3-5 cm di posterior umbilikalis. Lapisan kulit disayat menggunakan scalpel. Sayatan bersifat lurus dan langsung (tidak terputus) sepanjang 2-3 cm. Lapisan subkutis dipreparir kemudian dijepit menggunakan alis forcep bersama kulit. Penjepitan dilakukan pada masing-masing ujung sayatan. Lubang dilebarkan menggunakan scissors blun-sharp. Cincin hernia dicari dan tepi kedua belah cincin di lakukan debridement sebelum di jahit, kemudian organ-organ yang keluar dari cincin tersebut dimasukkan kembali dan rongga abdomen diberi antibiotik penstrep secara tropical. Ujung tepi sayatan di lakukan debridemant dan disemprotkan H2O2 3% , Peritoneum dijahit menggunakan jarum bundar, dengan pola jahitan simple interrupted mengunakan silk 3/0. Ujung-ujung otot abdominal dijahit menggunakan jarum bundar dengan pola jahitan simple continous dengan menggunakan benang cat gut chromic 3/0. Kulit dan subkutis dijahit menggunakan jarum segitiga dengan pola  jahitan simple interrupted dengan benang nilon. daerah jahitan di desenfeksi dengan Iodin tincture 3% dan di taburkan wonder dust dengan salap zinc oxytetracyclin. Pasang Elizabeth coller dan ditempatkan di kandang yang bersih. injeksi Penstrep 0,5 cc dan Vit becomplek 0,5 cc intramuscular.



HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan status present, bagian abdomen kucing membesar dan ada bagian yang menonjol di abdominal umbilical. Di bagian ventral yang menonjol tersebut terdapat cincin dan ketika dilakukan palpasi, jaringan yang berada di dalam lubang cincin dapat keluar-masuk. Pada bagian umbilicalis ventral, terdapat bekas luka sayatan dan jahitan. kondisi tersebut dikarenakan kucing ini sebelumnya pernah dilakukan tindak operasi pada bagian abdomen. Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kucing tersebut mengalami hernia abdominalis. Keadaan fisiologis kucing (denyut jantung, nafas dan suhu tubuh) berada dalam kisaran normal, dengan demikian kucing layak untuk dilakukan tindak operasi.


Setelah penyayatan melewati bagian otot-otot abdomen, terlihat rongga abdomen berisi usus yang keluar dari lapisan peritoneum. Pertama-tama usus dikeluarkan terlebih dahulu dari rongga abdomen untuk mencari cincin hernia. Setelah diamati ternyata cincin hernia telah mengalami pelebaran dan lapisan peritoneum dan omentum mengalami penipisan. Kondisi seperti ini mempersulit proses pencarian batas-batas cincin hernia. Usus kembali dimasukkan ke rongga abdomen kemudian ujung-ujung peritoneum dan omentum diambil dan difiksir menggunakan alis forcep sehingga orientasi titik-titik penjahitan dapat terlihat jelas. Sebelum dilakukan penjahitan, disemprotkan penstrep  cair secara topikal secukupnya ke dalam rongga abdomen untuk mencegah infeksi.


Diagnosa hernia perlu memperhatikan signalemen, anamnese, dan temuan klinis. Pada umumnya hewan yang mengalami hernia abdominalis atau umbilikalis adalah hewan muda (Hedlund et al. 2002). Hernia terjadi 90% pada hewan muda dan bersifat kongenital. Sisanya disebabkan oleh trauma yang dialami hewan tersebut (Foster 2009). Diagnosa hernia dapat dilakukan melalui palpasi dengan menemukan cincin hernia pada kucing dimana organ dari dalam rongga abdominal akan keluar. Bila diinspeksi, terlihat adanya benjolan akibat usus yang keluar dibawah kulit melewati cincin (Primovic 2009).


Tindakan bedah merupakan satu-satunya terapi yang tepat untuk mencegah terjadinya hernia. Tindakan bedah dilakukan dengan cara menjahit lubang atau cincin hernia (Foster 2009). Menurut Rahman (2010), terdapat beberapa metode untuk memperbaiki hernia, yaitu: 1).Perbaikan secara tradisional yaitu insisi dilakukan di atas lokasi hernia. Jaringan yang keluar dikembalikan kembali ke dalam ruang abdomen. Kantong dilepaskan dan jaringan yang kuat dijahit diatas kerusakan. Tipe perbaikan ini dapat menyebabkan tekanan dan jaringan yang dijahit diatasnya dapat menyebabkan rasa sakit. Kemungkinan terulangnya hernia juga tinggi. 2). Perbaikan tanpa tegangan yaitu Sebuah lubang khusus digunakan untuk memperbaiki daerah yang lemah. Prosedur ini dapat memperbaiki area yang rusak tanpa adanya tekanan pada jaringan. 3). Laparoskopi yaitu Pada laparoskopi, dilakukan insisi yang kecil pada abdomen. Melalui lubang tersebut dilakukan operasi perbaikan hernia.


Tindakan bedah yang dilakukan adalah operasi hernia dengan orientasi laparotomi medianus posterior. Sayatan pada daerah orientasi dilakukan tepat di bekas jahitan operasi sebelumnya. Proses penyayatan kulit dan subkutis dapat dilakukan dengan lancar. Pada kasus hernia ini, bagian otot pada daerah sayatan telah melekat dengan kulit. Hal ini disebabkan kondisi kucing yang kemungkinan sebelumnya pernah dilakukan operasi pada daerah abdomen dan terjadi perlukaan pada daerah otot-otot abdomen, sehingga pada saat proses persembuhannya bagian subkutis dengan otot abdomen menyatu.


Lepasnya jahitan pada peritoneum menjadi penyebab terjadinya hernia hal ini di buktikan Saat dilakukan laparotomy medianus pada daerah abdomen tempat dimana pernah dilakukan tindakan operasi ovarectomy seminggu sebelum terjadi hernia.


Pada operasi laparotomi medianus titik sayatan pada linia alba abdominal lebih memiliki banyak resiko untuk terjadi hernia abdominal  dari pada titik operasi pada daerah flank hal ini karena tekanan tinggi pada daerah peritoneum yang dapat menyebabkan robeknya tepi jahitan pada jaringan peritoneum sebelum kedua tepi bersatu. Menurut Wind dan Rich (1987) Kurangnya vaskularisasi pada peritoneum mengakibatkan lamanya pembentukan kolagen dan proses angiogenesis pada kedua tepi peritoneum yang menyebabkan jaringan bersifat hipoksi. Sehingga di butuhkan jahitan bantu untuk mengurangi tegangan pada peritoneum dan menggunakan benang yang lama diserap (low absorbable) ataupun yang tidak di serap (non absorbable).


Sebelum dilakukan operasi, kucing diberikan obat preanastesi dengan menyuntikkan atropin intrasubcutan untuk mencegah terjadinya muntah. Atropin termasuk antimuskarinik agen, yang bekerja dengan cara menurunkan kontraksi otot polos, sehingga digunakan sebagai preanastetik untuk mencegah atau mengurangi sekresi saluran pernafasan dan mencegah muntah. Ketamin dapat dipakai oleh hampir semua spesies hewan. Ketamin bersama xylazine dapat dipakai untuk anastesi pada kucing. Ketamin dengan pemberian tunggal bukan anastetik yang bagus (Sardjana dan Kusumawati 2004). Dosis pada kucing 10-30 mg/kg secara intra muskuler, mula kerja obat 1-5 menit, lama kerja obat 30-40 jam dan recovery lama, 100-150 menit (Lumley 1990). Menurut Kumar (1997) dosis ketamin pada anjing dan kucing ialah 10-20 mg/kg diberikan secara intramuskular. Menurut Sardjana dan Kusumawati (2004) Xylazine menimbulkan efek relaksasi muskulus dan analgesi. Sedangkan ketamin menyebabkan pendepresan kardiovaskuler dan respirasi .


Menurut Kumar (1996), obat-obatan preanastesi digunakan untuk mempersiapkan pasien sebelum pemberian agen anestesi baik itu anastesi lokal, regional ataupun umum. Tujuan pemberian agen preanestesi tersebut adalah untuk mengurangi sekresi kelenjar ludah, meningkatkan keamanan pada saat pemberian agen anestesi, memperlancar induksi anestesi, mencegah efek bradikardi dan muntah setelah ataupun selama anestesi, mendepres reflek vagovagal, mengurangi rasa sakit dan gerakan yang tidak terkendali selama recovery. Ganiswara (2001) menambahkan atropin merupakan agen preanestesi yang digolongkan sebagai antikolinergik atau parasimpatolitik. Atropin sebagai prototip antimuskarinik mempunyai kerja menghambat efek asetilkolin pada syaraf postganglionik kolinergik dan otot polos. Hambatan ini bersifat reversible dan dapat diatasi dengan pemberian asetilkolin dalam jumlah berlebihan atau pemberian antikolinesterase.


KESIMPULAN


Keadaan hernia abdominalis pada ventral abdomen dapat dikembalikan masuk ke rongga abdomen dengan sempurna. Karena kucing terlalu aktif, pada hari ke-2 post operasi ovarectomy, terjadi pembesaran bagian abdomen dan teraba lubang hernia. Dari proses terapi operasi yang dilakukan, dapat diketahui bahwa kondisi jaringan peritoneum dan otot abdomen kucing yang menipis dan rapuh menyebabkan terlepasnya jahitan pada peritoneum.


Pada operasi laparotomi medianus titik sayatan pada linia alba abdominal lebih memiliki banyak resiko untuk terjadi hernia abdominal  dari pada titik operasi pada daerah flank hal ini karena tekanan tinggi pada daerah peritoneum yang dapat menyebabkan robeknya tepi jaahitan pada jaringan peritoneum sebelum kedua tepi bersatu. Kurangnya vaskularisasi pada peritoneum mengakibatkan lamanya pembentukan kolagen dan proses angiogenesis pada kedua tepi peritoneum yang menyebabkan jaringan bersifat hipoksi. Sehingga di butuhkan jahitan bantu untuk mengurangi tegangan pada peritoneum dan menggunakan benang yang lama diserap (low absorbable) ataupun yang tidak di serap (non absorbable).